Riset
- 2012
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Garam Rakyat Di Kabupaten Pati
Penulis: Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati
Email: [email protected]
Bidang: Kelautan Dan Perikanan
Publikasi: Penelitian
Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah merupakan wilayah agraris dan wilayah/kawasan pesisir atau pantai yang masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, nelayan dan petani tambak. Produksi garam tergantung dari keadaan cuaca yang cerah, namun demikian kualitas garam tidak sekedar tergantung pada kondisi cuaca tetapi juga sangat tergantung pada kualitas tanah pada lahan produksi, teknologi, sarana dan prasarana serta infrastruktur yang mendukung, modal, tenaga kerja, dan manajemen. Artinya garam yang diproduksi dapat meningkat dan berkualitas baik, jika lahan produksinya juga tanahnya berkualitas baik, teknologinya sesuai baku teknis, sarana dan prasarana serta infrastruktur mendukung, modal mudah diakses, tenaga kerja tersedia dan pengelolaan manajemen yang baik, serta cuacanya mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dalam meningkatkan produksi garam rakyat; (2) Merumuskan alternatif strategi peningkatan produksi garam rakyat yang diperoleh berdasarkan hasil analisis; (3) Menentukan prioritas strategi peningkatan produksi garam rakyat yang tepat bagi petambak garam untuk menjalankan usahanya. Lokasi penelitian meliputi 4 Kecamatan dari 21 Kecamatan (19,05 %) di Kabupaten Pati yaitu: Kecamatan Trangkil, Wedarijaksa, Juwana, dan Batangan dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan sentra usaha garam rakyat. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok petambak garam yang mengelola usaha garam rakyat yang berada di 4 Kecamatan dan tersebar di 18 desa dengan jumlah kelompok sebanyak 199 kelompok petambak garam. SMenurut Suharsimi (1997) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Jika jumlah subyeknya atau populasi lebih dari 100, maka dapat diambil antara 10-15 %. Sementara Soeratno dan Arsyat (1993) menyatakan bahwa ada kalanya mengambil sampel lebih dari 10 % dari populasi. Dalam penelitian ini sampel diambil 50 % dari populasi yang ada yaitu sebanyak 99 sampel. Data yang telah terkumpul, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan data dengan tabulasi silang/grafik. Disamping itu analisis selanjutnya adalah: formulasi strategi terdiri dari (1) Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), (2) Matriks Internal External (IE), (3) Strengths – Weaknesses – Opportunities - Threats (SWOT), dan (4) Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM). Hasil Penelitian yaitu (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan Internal dan eksternal: (a). Lingkungan internal: Pertama, kekuatan: (1) Memiliki prospek usaha yang baik dan menguntungkan, (2) Memiliki produk yang banyak dibutuhkan (rumah tangga, industri, ekspor), (3) Ketersediaan lahan untuk tambak kawasan pesisir, (4) Ketersediaan infrastruktur (saluran, jalan, jembatan), dan (5) Kelembagaan (kelompok tani tambak). Kelima faktor kekuatan tersebut memperoleh nilai skor 1,69. Kedua, kelemahan: (1) Posisi petambak garam masih melakukan kegiatan secara sendiri-sendiri dengan peralatan sederhana, (2) Kurangnya pendidikan SDM yang dimiliki, (3) Modal kerja yang terbatas, (4) Kurang konsistennya anggota kelompok terhadap tugas-tugasnya, dan (5) Hasil produksi rendah dan produk olahan masih terbatas. Kelima faktor kelemahan tersebut memperoleh nilai skor 0.88. Dengan demikian faktor-faktor lingkungan internal memperoleh skor total 2.45 termasuk sel II katagori rata-rata dengan strategi tumbuh dan berkembang. (b) Lingkungan eksternal: Pertama, Peluang: (1) Adanya program pemerintah “PUGAR”, (2) Adanya dorongan pemerintah agar garam rakyat mencukupi dan berkualitas, (3) Meningkatnya perekonomian lokal, (4) Tersedianya pasar yang selalu berubah, (5) Kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi garam rakyat. Kelima faktor peluang tersebut memperoleh nilai skor 1,85 . Kedua, ancaman: (1) Kondisi musim yang kadang-kadang berubah dan hanya berlangsung 4-5 bulan, (2) Tidak mempunyai gudang penyimpanan/ gudang penuh, (3) Harga turun saat panen raya, (4) Kebijakan pemerintah mengimpor garam, (5) Komitmen antara petambak garam dengan pedagang yang masih kurang. Kelima faktor ancaman tersebut memperoleh nilai skor 071. Dengan demikian faktor-faktor lingkungan eksternal memperoleh skor total 2,56 termasuk sel IV kategori sedang dengan strategi tumbuh dan berkembang. Rumusan strategi alternatif strategi peningkatan produksi garam rakyat: (a) Dorongan pemerintah dengan program “PUGAR” yang didukung dengan ketersediaan lahan tambak dan infrastruktur yang memadai dapat meningkatkan produksi garam rakyat, karena garam banyak dibutuhkan dan prospeknya menjanjikan serta menguntungkan. (b) Kelembagaan tani (kelompok petambak, koperasi tani) yang kuat dapat mendorong kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi garam rakyat karena prospeknya baik dan menguntungkan dengan dukungan tersedianya pasar yang selalu berubah, sehingga dapat meningkatkan perekonomian lokal. (c) Dorongan pemerintah untuk meningkatkan SDM petambak dan menyediakan modal yang mudah diakses dapat memotivasi kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi garam rakyat agar hasil produksinya meningkat dan berkualitas. (d) Program “PUGAR” dapat memotivasi petambak garam berkelompok dan menjalankan tugas kelompok dengan baik, dapat meningkatkan produksi dan kualitas garam karena pasarnya tersedia sehingga dapat mempengaruhi meningkatnya perekonomian lokal. (e) Prospek usaha garam yang menguntungkan karena banyak dibutuhkan, perlu memiliki gudang penyimpanan dan membangun komitmen antara petambak dengan pedagang agar tidak terjadi fluktuasi harga serta kebijakan mengimpor garam perlu ditinjau dan disikapi. (f) Ketersediaan lahan tambak, ketersediaan infrastruktur yang memadai dan didukung dengan kondisi musim, serta keberadaan kelembagaan petambak dapat meningkatkan produksi garam rakyat. (g) Posisi petambak yang sendiri-sendiri, peralatan sederhana, SDM yang masih rendah, modal terbatas dengan kondisi musim yang kadang tidak menentu dapat menyebabkan produksi garam randah, oleh sebab itu perlunya bimbingan dan penyuluhan, akses modal yang mudah dan murah serta mengantisipasi kondisi musim dengan memanfaatkan musim kemarau sebaik-baiknya. (h) Keberadaan gudang penyimpanan didukung dengan konsistensi tugas-tugas kelompok, komitmen antara petambak dengan pedagang dan meninjau kebijakan pemerintah mengimpor garam dapat mengantisipasai harga garam pada saat panen raya. Prioritas utama strategi peningkatan produksi garam rakyat adalah Posisi petambak yang sendiri-sendiri, peralatan sederhana, SDM yang masih rendah, modal terbatas dengan kondisi musim yang kadang tidak menentu dapat menyebabkan produksi garam rendah, oleh sebab itu perlunya bimbingan dan penyuluhan, akses modal yang mudah dan murah serta mengantisipasi kondisi musim dengan memanfaatkan musim kemarau sebaik-baiknya, dengan nilai Total Attractive Score (TAS) 7,04.