Riset
- 2024
Disparitas Pelayanan Pendidikan di Kabupaten Pati
Penulis: Suroso, Aeda Ernawati, Anista Ika Surachman
Email: [email protected]
Bidang: Pendidikan
Publikasi: Penelitian
Pelayanan pendidikan merupakan pelayanan dasar dan menjadi urusan wajib bagi pemerintah daerah dalam pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM). Kondisi pendidikan di Kabupaten Pati masih mengalami tantangan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai oleh beberapa permasalahan mendasar, antara lain rendahnya tingkat pendidikan penduduk, terutama pada kelompok usia produktif. Banyak di antara mereka yang belum menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMP. Selain itu, angka anak tidak sekolah juga masih cukup tinggi, menunjukkan adanya kendala dalam aksesibilitas pendidikan. Kualitas pendidikan pun masih belum merata, tercermin dari rendahnya indeks numerasi dan literasi siswa dibandingkan dengan rata-rata nasional. Perbedaan kualitas layanan pendidikan ini juga terlihat antara lembaga pendidikan dasar umum dan lembaga pendidikan dasar berbasis agama. Terakhir, tata kelola pendidikan yang belum optimal, seperti ketidakseimbangan rasio tenaga pendidik terhadap siswa di berbagai sekolah, turut memperumit permasalahan pendidikan di Kabupaten Pati. Pemerintah Kabupaten Pati telah berupaya mengatasi permasalahan pendidikan ini dengan merujuk pada Rencana Pembangunan Daerah. Selain itu, pemerintah pusat telah mengeluarkan berbagai regulasi seperti Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 dan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 32 Tahun 2022 tentang Standar Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan. Regulasi ini bertujuan untuk memberikan panduan kepada pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas dan pemerataan layanan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis capaian skor rapor pendidikan di Kabupaten Pati. Skor rapor pendidikan merupakan indikator untuk mengukur kinerja suatu daerah dalam bidang pendidikan; 2) Mempelajari disparitas pelayanan publik bidang pendidikan di Kabupaten Pati. Disparitas ini mengacu pada perbedaan kualitas dan akses terhadap layanan pendidikan di berbagai wilayah atau lembaga pendidikan. Dengan kata lain, penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana Kabupaten Pati telah berhasil meningkatkan kualitas pendidikan dan mengatasi permasalahan yang ada, serta mengidentifikasi adanya kesenjangan dalam pelayanan pendidikan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-November tahun 2024. Populasi dalam penelitian ini yang seluruh sekolah tingkat Pendidikan dasar yang ada di Kabupaten Pati yang terdiri dari tingkat SD/MI negeri dan swasta, dan tingkat SMP/MTs negeri dan swasta. Sampel penelitian mencakup total populasi yang terdiri dari 874 Sekolah tingkat SD/MI dan 233 Sekolah tingkat SMP/MTS dari 21 Kecamatan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan menganalisis data numerik dari berbagai indikator seperti kemampuan literasi, numerasi, iklim sekolah, dan angka partisipasi sekolah. Penelitian ini berfokus pada tiga aspek utama: 1) Kualitas Hasil Belajar: Mengukur kemampuan literasi dan numerasi siswa; 2) Kualitas Layanan Pendidikan: Menganalisis iklim keamanan, kebinekaan, dan inklusivitas di sekolah; 3) Angka Partisipasi Sekolah: Menghitung angka partisipasi kasar dan murni. Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, wawancara, dan observasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan kondisi dan analisis komparatif menggunakan uji chi-square untuk membandingkan perbedaan antar kelompok. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang kondisi pendidikan dasar di Kabupaten Pati, serta mengidentifikasi adanya disparitas antara berbagai kelompok sekolah atau wilayah. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk menyusun kebijakan pendidikan yang lebih baik di masa depan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, capaian hasil belajar peserta didik di Kabupaten Pati menunjukkan hasil yang cukup baik, terutama pada jenjang SMP. Namun, terdapat beberapa temuan penting, antara lain: 1) Kemampuan Literasi: Kabupaten Pati berada di peringkat sedang dalam hal kemampuan literasi siswa SD dan SMP. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara sekolah umum dan sekolah agama, serta antara kawasan perkotaan dan pedesaan; 2) Kemampuan Numerasi: Capaian kemampuan numerasi siswa SD sedikit lebih rendah dibandingkan dengan literasi. Terdapat perbedaan signifikan antara sekolah umum dan sekolah agama pada tingkat signifikansi 10%, terutama pada jenjang SD; 3) Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan literasi dan numerasi antara sekolah umum dan sekolah agama, serta antara kawasan perkotaan dan pedesaan. Kualitas pelayanan pendidikan di Kabupaten Pati menunjukkan hasil yang cukup baik, terutama dalam hal iklim keamanan dan kebinekaan sekolah, khususnya pada jenjang SMP. Siswa di Kabupaten Pati umumnya merasa aman dan nyaman di lingkungan sekolah, dan terdapat keragaman yang diterima dengan baik. Namun, upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif masih perlu ditingkatkan, terutama pada jenjang SD. Meskipun demikian, secara umum tidak terdapat perbedaan signifikan dalam hal iklim sekolah antara sekolah umum dan agama, serta antara daerah perkotaan dan pedesaan. Terkait angka partisipasi sekolah, Kabupaten Pati memiliki angka partisipasi murni (APM) yang sangat tinggi pada jenjang SD, yakni mendekati 100%. Akan tetapi, pada jenjang SMP, meskipun APM masih tergolong tinggi, terdapat potensi anak tidak sekolah yang cukup signifikan, terutama pada jenjang SMP. data ini belum memperhitungkan siswa yang belajar di pondok pesantren atau sekolah di luar daerah. Hal ini mengindikasikan adanya tantangan tersendiri dalam menjaga siswa agar tetap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Secara keseluruhan, kualitas pendidikan di Kabupaten Pati menunjukkan hasil yang cukup baik, terutama pada aspek iklim keamanan dan kebinekaan sekolah. Namun, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti meningkatkan kemampuan numerasi siswa SD, serta mengatasi masalah potensi anak tidak sekolah pada jenjang SMP. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan data yang lebih akurat mengenai jumlah siswa yang belajar di luar daerah. Rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah: 1) Peningkatan literasi siswa dapat dicapai melalui pengembangan lingkungan belajar yang kaya akan teks, penguatan hubungan antar anggota sekolah, serta pelatihan bagi tenaga kependidikan; 2) Untuk meningkatkan kemampuan numerasi, perlu adanya penguatan lingkungan akademik, penyediaan sumber belajar yang memadai, serta pengembangan program yang mengaitkan matematika dengan kehidupan nyata; 3) Pencegahan kenakalan siswa dapat dilakukan melalui kerjasama antara sekolah, orang tua, dan aparat keamanan, serta optimalisasi peran tim pencegahan kekerasan; 4) Pengembangan iklim kebinekaan dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman; 5) Untuk meningkatkan inklusivitas, diperlukan penyediaan fasilitas dan pelatihan khusus bagi siswa berkebutuhan khusus, serta pengembangan potensi siswa berbakat. 6) Peningkatan angka partisipasi sekolah dapat dilakukan melalui pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk mengakomodasi mereka yang harus bekerja.